Selasa, 10 April 2018

Pendidikan Tidak Hanya Berorientasi Nilai

Meninggalnya Ahmad Budi Cahyanto seorang guru di Sampang Madura akibat dipukul muridnya membawa duka yang mendalam. Apalagi istri yang ditinggalkan sedang mengandung putra mereka. Namun duka tersebut tidak hanya bagi keluarga yang ditinggalkan tapi juga bagi dunia pendidikan. Apalagi ini bukan kasus pertama dan satu-satunya penganiayaan seorang murid terhadap gurunya. Ada pula siswa SMK yang membacok dua guru perempuan. Hal tersebut dilakukannya lantaran dendam kepada kedua guru tersebut karena sering dimarahi ketika terlambat sekolah. Tidak berbeda dengan kasus meninggalnya Pak Guru Budi di Sampang yang juga disebabkan dendam seorang murid akibat pipinya dicoret spidol lantaran membuat ulah di kelas.

Dari kasus demi kasus ini bisa kita lihat bahwa yang mendasari murid ini melakukan tindakan aniaya adalah karena ketidakmatangan kepribadian mereka. Labil secara emosi. Inilah gambaran buram pendidikan negeri ini yang notabene diatur dengan sistem kapitalisme. Sistem Kapitalisme telah gagal membentuk karakter dari anak didik. Dalam sistem kapitalisme orientasi pendidikan hanya untuk mencari nilai. Pendidikan seolah hanya persoalan ijazah sebagai syarat untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau sekedar mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan orientasi pendidikan beralih kepada sekedar transfer ilmu tapi minus dari penanaman nilai-nilai kehidupan, adab dan etika.

Parameter kesuksesan dalam pendidikan tidak bisa diukur hanya dari sekedar nilai semata. Kita bisa melihat bagaimana output pendidikan hari ini, intelektualitas tinggi tapi tidak diimbangi dengan ketinggian akhlak, moral serta adab dari masing-masing individu. Sehingga menghasilkan anak didik yang bisa jadi matang secara ilmu tapi tidak pada kepribadiannya.
Islam memiliki paradigma yang berbeda dalam mendidik anak. Pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk kepribadian Islam. Yaitu perpaduan antara pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Peserta didik tidak hanya diberikan asupan untuk pemikirannya saja tapi juga dibina dengan aqidah Islam. Dengan memadukan keduanya sistem pendidikan Islam akan mampu membentuk seorang anak didik yang matang intelegensinya dan memiliki karakter Islam yang kuat serta berbudi pekerti yang luhur.

Selain itu Islam mengajarkan secara spesifik adab seorang murid terhadap gurunya karena pentingnya adab ini. Dalam sebuah kisah Abdurrahman bin al-Qasim, salah satu murid Imam Malik. Ia bercerita bahwa “Aku mengabdi kepada Imam Malik selama 20 tahun, dua tahun diantaranya untuk mempelajari ilmu dan 18 tahun untuk mempelajari adab. Dengan pengajaran terhadap adab ini maka akan semakin memperkuat kepribadian Islam dari seseorang. Dari proses pendidikan Islam inilah akan lahir generasi yang sholih, mukhlis, berilmu serta mendedikasikan ilmunya demi kemaslahatan umat.

Namun, untuk mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam tidak semata-mata tugas dari institusi pendidikan saja. Harus ada kerjasama yang baik antara guru dengan orang tua di rumah. Sehingga apa yang didapatkan di sekolah bisa terintegrasi dan terimplementasi pula ketika di rumah.

Tidak ada komentar: