Senin, 23 April 2012

Generasi Iwak Peyek

Nabi nuh, nabi Allah...
Ratusan tahun usianya
Berdakwah, tak pernah lelah
walau sedikit pengikutnya...

Ini sepenggal nyanyian anak kecil yang saya jumpai beberapa waktu yang lalu. Liriknya sederhana namun sarat dengan makna keteladanan yang mendalam. Ini berbeda dengan lagu yang dinyanyikan oleh anak-anak kebanyakan saat ini. Mereka banyak menyanyikan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh orang dewasa, yang memang itu diperuntukkan bagi orang dewasa. Seperti lagu Love u so much dari sebuah girlsband yang ada di tanah air. Atau lagu dangdut koplo seperti iwak peyek.

Sungguh miris melihat kenyataan ini.Anak yang notabene menjadi calon generasi bangsa dirusak perlahan-lahan dengan lagu yang tidak mendidik bahkan mengajarkan yang tidak senonoh. Lihat saja beberapa lagu dangdut koplo yang banyak diminati anak-anak cenderung menonjolkan sensualitas baik dari sisi penampilan maupun dari lirik lagunya. Dan apa yang dilakukan masyarakat? Kebanyakan dari mereka cenderung menertawakan anak-anak yang meniru lagu dan gerakan dari sang penyanyi. Inilah tingkat ketidak pedulian masyarakat kepada generasi. Di sisi lain bagaimana dengan peran negara. Negarapun seolah membiarkan menjamurnya industri lagu-lagu seronok ini. Tidak ada edukasi yang diberikan kepada anak-anak maupun orang tua anak.Dengan kondisi yang seperti ini maka jangan salahkan jika nanti akan lahir generasi iwak peyek.

Selain itu permasalahan anak ternyata tidak sebatas itu. Banyak anak yang 'dibiarkan' putus sekolah, kurang gizi, serta bertindak kekerasan dan kriminalitas seperti tawuran. Tidak ada upaya tegas pemerintah dalam menanggulanginya. Jika semua ini berlanjut, maka jangan harap Indonesia akan menjadi negara maju dengan generasi penerus yang handal

Generasi yang tangguh akan lahir dari individu yang punya ketaatan tinggi terhadap Alloh, dengan masyarakat yang saling menasehati, dan pemerintah yang tidak abai terhadap rakyatnya dan terhadap hukum ALloh. Pemerintah Islam (baca: Khilafah Islamiyah) telah berhasil mencetak generasi tangguh yang tidak hanya taat pada seluruh aturan Alloh, tapi peduli terhadap permaslahan umat dan mampu menyelesaikan permasalahan bangsa.

Senin, 09 April 2012

Perjuangan

Hidup adalah perjuangan. Inilah yang banyak dikatakan orang. Akupun sependapat. Bahwa setiap momen hidup adalah perjuangan seorang manusia untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Mulai dari kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur, buang air dsb. Juga ada naluri kehidupan seperti naluri untuk menyembah pada sesuatu yang lebih, mempertahankan eksistensi diri, dan juga naluri untuk saling menyayangi. Hidup, adalah sekumpulan perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut. Pengalamanku kemarin menjadi contoh dari sebuah perjuangan hidup.

Cerita ini berawal dari ketika aku pergi berlibur seperti yang banyak dilakukan orang di minggu yang ceria (ada 3 hari libur dalam seminggu- alias long weekend). jadilah aku pergi ke Jombang ke rumah kakakku. Untuk menjenguk keponakan2ku. Aku tidak erlama2 disana karena masih ada tempat lain yang harus ku kunjungi. Dalam perjalanan pulangku, aku sudah menduga bahwa aku akan mendapat kesulitan untuk mendapat bis mengingat saat itu adalah hari minggu setelah long weekend. Otomatis akan ada banyak orang yang akan balik ke Surabaya. Ternyata benar. Sudah banyak orang yang menunggu di tempat pemberhentian bis. Dan tidak hanya itu saja, kenyataannya bis yang melintasi kamipun semuanya penuh dengan penumpang sampai berdiri di pintu. Saat itu aku mulai merasakan bahwa aku harus berjuang untuk bisa balik ke Surabaya. Beberapa kali ketika bis berhenti, aku berusaha untuk naik namun memang sudah tidak ada space. Akupun mengurungkan niatku. Terlintas dalam benakku untuk naik bis patas. Aku pikir memang aku harus mengorbankan lebih banyak uang untuk bisa balik ke Surabaya.  Tapi paling tidak, nanti aku bisa naik. Tapi ternyata bis patas yang melintaspun sudah penuh dengan penumpang. Kenyataan ini seperti menyerangku. Membuatku siaga dengan segala kemungkinan. Awalnya aku agak santai karena meski aku masih harus mampir ke tempat lain tapi toh aku tidak dikejar waktu. Tapi kenyataan bahwa semua bis penuh membuatku langsung mensiagakan seluruh anggota tubuhku. Bahkan sms dari seorang teman Mrs. Khilaf  (bukan nama sebenarnya) yang sedang membutuhkan bantuan aku balas dengan "curhatnya nanti ya... aku sedang berjuang mendapat bis untuk balik ke Surabaya". Balasan dari Mrs Khilafpun ku acuhkan. Melihat sebuah bis patas melintas di depan mataku, segera saja aku menyetop bis itu dan naik bersama beberapa penumpang. Alhamdulillah... akhirnya dapat bis.

Namun ternyata perjuangan belumlah usai. Segera setelah mendapatkan tempat yang lumayan "nyaman" akupun membuka sms dari Mrs Khilaf. Dia membalas smsku tadi dengan berkata "Hahaha.. Met berjuang yah..". Dengan tersenyum sinis akupun membalasnya. "Perjuangan ternyata tak sekedar dapat bis aja. Bahkan ketika dh nemu bis harus berjuang untuk bisa duduk. Ojo ngguyu kowe. Inilah kehidupan rakyat jelata." Balasan dari Mrs Khilaf berikutnya sedikit menghiburku "Hahaha.. Subhanallah.. Semangat mb!!". Akupun tersenyum. Terfikir dibenakku untuk membuat suasana dramatis. Meskipun memang suasananya dramatis. Dengan tujuan untuk itu, akupun melayangkan smsku padanya. "Alhamdulillah.. ternyata deritaku bisa mjd obat bagimu. Q ceritani lagi ya... Sudah aku duduk di pinggirnya kursi, eh pake macet pula. Subhanallahnya lagi bis yang kunaiki ini patas tapi ga cepat dan ga terbatas alias ga dapat kursi". Itu sepenggal sms yg q smskan pada temanku ini. Dan ternyata perjuangan tidak berhenti sebatas apa yang bisa ku smskan pada temanku. Kenyataan pahit lainnya ku alami. Sebelum turun aku coba menengok ke pintu belakang yang kebetulan dekat dengan tempatku. Dan ternyata disana tidak ada keneknya. Walhasil aku kebingungan untuk turun. Seorang penumpang menyarankanku untuk berjalan ke depan mendekati pak sopir. Tapi untuk menuju kesana aku harus berdesakan di lorong sempit yang penuh dengan penumpang. Wah... kebayang deh repotnya. Finnally aku meminta tolong pada seorang bapak untuk bilang ke pak supir kalau aku mau turun. Alhamdulillah tidak sampai itu dilakukan ternyata ada seorang bapak lain yang turun di spot yang sama denganku. Dan beliau punya cara tersendiri untuk memberitahu pak sopir. Yakni dengan mengetuk di kaca jendela bis menggunakan koin.  Sebuah cara yang sebelumnya juga terlintas di benakku. Mendekati spot kami turun sang bapak itupun mengetukkan koinnya ke jendela. Namun setelah diketuk berkali2 bis tak berhenti juga. baru setelah beberapa puluh meter bis yang kunaiki berhenti. Dan... Anda sudah taukan yang akhirnya harus aku lakukan untuk mencapai tujuanku? Aku harus berjalan sodara2... Sampai disini perjuanganku untuk balik ke Surabaya berakhir karena setelah itu seorang kerabat menjemputku. Dan selamatlah aku sampai di tujuan.

Dari kisah ini saja kita bisa lihat bahwa dalam sebuah episode kehidupan memang dibutuhkan sebuah perjuangan terlepas apakah kita mau berjuang atau tidak. Hal inipun membuat aku berfikir. Dengan realita kehidupan seperti ini sungguh beruntung orang2 yang bergabung dalam upaya menegakkan kebenaran Islam di bumi ALloh ini. Mereka sama dengan orang yang lain berjuang untuk hidup namun yang diperjuangkan jauh lebih mulia dari hanya sekedar untuk hidup. Teringat aku akan perkataan seorang mbak kosku. "Orang ketika hidup itu pasti punya kesibukkan. Kalau ga disibukkan dengan dakwah maka AlLoh akan menyibukkannya dengan aktivitas yang lain". Hmmm... Apa Anda sepakat?

NB: Mrs Khilaf ( Seorang kawan yang hobby berkata "Af1 saya khilaf" )