Minggu, 02 Oktober 2011

SEBUAH CITA2


Adek, cita2nya kalau sudah besar mau jadi apa? Jadi panglima perang. Seorang adik kosq berkomentar. “Cita2nya koq ga umum mbak”. Tersenyum miris aq dengan komentar itu. Sebenarnya itu adalah tanggapan wajar bagi seseorang yang telah menghabiskan hidupnya di sistem kapitalis saat ini. Namun bagi seorang muslim bukankah yang dicita-citakan adalah masuk surga? Dan syahid adalah jalan bebas hambatan untuk bisa masuk syurga. Dengan paradigma ini tentunya cita2 menjadi seorang panglima perang adalah salah satu jalan untuk menjemput syahid. Sayangnya cita2 itu sekarang berganti dengan cita2 ‘keduniawian’ semisal menjadi dokter, pilot, pengusaha, artis dsb. Cita2 yang kebanyakan terinspiras untuk mendapatkan status ataupun materi. Inilah dunia kita saat ini. Dunia yang memenuhi angan-angan manusia untuk mendapat kekayaan semata. Adapun akherat itu adalah urusan nanti.

SATU KESEMPATAN UNTUK SEUMUR HIDUP

Masyarakat saat ini sering menjadikan beberapa momen kehidupan saat ini sebagai momen terpenting dalam hidup. Seperti misalnya saat wisuda, menikah, punya anak dsb. Sehingga untuk momen2 ini seringkali penuh dengan persiapan. Yang hendak wisuda bingung menyiapkan baju apa yang hendak dipake saat wisuda, mau nyalon dimana, mau nggandeng siapa dsb. Tak luput pula yang hendak menikah. Sibuk pula menyiapkan tempat, tata rias, pakaian, makanan, minuman, souvenir dsb. Jarang aku mendapati orang yang menyiapkan keduanya dengan mencari tau hukum AlLoh seputar bagaimana hukumnya ada di dalam tempat yang bercampur baur (baca: tempat wisuda), bagaimana hukumnya berias? Bagaimana seharusnya acara yang dilaksanakan agar tidak melanggar hukumnya AlLoh? Kalaupun ada yang kemudian mencari tau tentang itu semua atau bahkan sudah tau, maka polemik berikutnya yang melingkupi mereka adalah pendapat orang yang menyatakan bahwa ini adalah satu kesempatan seumur hidup. Ga papa lah menor sedikit, kan cuma sekali. Ga papalah bercampur antar pria dan wanita, kan Cuma sekali. Ga papa lah tidak berkerudung kan cuma hari ini. Buntut2nya, pasti AlLoh ngerti.

Naif... itu komentarku untuk orang2 yang mengatakan semua itu. Mereka menganggap bahwa satu kali itu saja adalah satu momen itu harus dimaklumi karena selama ini sudah taat pada perintah AlLoh. Aku hendak mengatakan kepada orang yang memgang prinsip tadi, Justru karena ini hanya sekali seumur hidup, kenapa kita judtru melakukan pengkhianatan kepada AlLoh setelah sekian lama hidup dalam ketaatan kepada AlLoh? Mengapa seumur hidupmu kamu sia-siakan dalam satu hari saja?

Formalitas

Beberapa hari yang lalu aku berkesempatan untuk berdiskusi dengan seorang dosen hukum. Kami sedikit menyinggung tentang RUU Intelejen. Sedikit kata yang membuatku takjub karena keluar dari seorang dosen hukum. Sebuah pengakuan bahwa beberapa kali fakultas hukum juga dimintai saran terkait dengan RUU yang digodok pemerintah. Namun apa yang terjadi pada saran tersebut, beliau menyatakan tidak tau apakah dipakai atau tidak. Berikutnya beliau menegaskan. Tapi itu kayaknya meminta saran itu hanya formalitas belaka.

Dubraks....