Rabu, 15 Juni 2011

MARAH, BENTUK KASIH SAYANG BENARKAH???


Kalimat ini tepat kiranya jika kita tujukan untuk kedua orang tua kita. Bahwa kemarahan yang selam ini ditunjukkan orang tua kepada kita adalah bentuk rasa sayang mereka terhadap kita. Secara umum demikianlah pemahaman yang tepat akan marahnya orang tua kepada kita. Namun jika kita liat beberapa fenomena akan kita dapati bahwa kebanyakan orang tua marah justru karena kepentingan mereka bukan anaknya. Eits... ada yang tidak sepakat? Tunggu dulu, akan aku jelaskan pendapatku, silahkan kemudian kalian komentari sesudahnya.

Secara naluriah orang tua memiliki rasa sayang terhadap anaknya. Itu ada dalam diri mereka karena AlLoh memang telah menganugerahkan kepada seluruh manusia rasa yang sama sejak manusia itu lahir. Ketika seorang itu memiliki anak, rasa sayangnya itu kadang melahirkan rasa was-was yang kadang tervisualisasi dengan marah. Sebuah kejadian beberapa saat yang lalu telah menunjukkan padaku bagaimana aplilasi dari marah karena sayang ini.

Pada suatu sore aku bersama dengan seorang ibu dan anaknya yang masih kecil. Kami hendak menempuh perjalanan yang lumayan panjang. Perjalanan ini kami tempuh mengendarai mobil yang dikemudikan oleh seorang ibu dosen. Dalam perjalanan ini sang anak berkeinginan untuk ikut mengemudikan mobil bersama ibu dosen. Sebuah keinginan yang membahayakan baginya dan semua orang yang ada di mobil tersebut. Tentu saja ibunya tidak memberikan ijin. Namun si anak memaksa dan mengeluarkan jurus andalan dari semua anak dengan menangis. Tangisnya begitu kencang dan menyayat hati. Selama aku bersamanya tidak pernah aku mendapati si anak ini menangis sedemikian rupa. Hingga bu dosen ini luluh dan berkeinginan untuk menuruti kemauan si anak. Tapi sang ibu mencegahnya. Ini dilakukan oleh beliau untuk memberikan pengajaran bagi anak bahwa hal itu berbahaya dan tidak patut dilakukan oleh anak di usia dia. Si ibu berusaha memberikan pengertian. Tapi namanya juga anak dia tidak begitu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh ibunya dan menangis sejadi2nya. Namun si ibu tetap pada pendiriannya sembari memberikan pengalihan kepada anaknya. Namun tangisan si anak semakin kencang hingga terdengar dari luar mobil. Dengan keputusan yang berat si ibu memberikan hukuman kepada anaknya. Bukan dengan memukul tapi dengan tidak membolehkan anaknya untuk duduk di pangkuan beliau. Namun batin ibu ini bergejolak. Sembari memegangi anaknya yang dihukum berdiri dalam mobil sang ibu memberikan lagi kepada anaknya. Aku mendengar suara sang ibu bergetar. Ada rasa tidak ingin menghukum anaknya tapi beliau merasa ini juga perlu diberikan pengajaran kepada anaknya. Melihat kejadian ini tak terasa akupun menangis. Masya Alloh baru kali ini aku benar2 mengalami didepan mataku seorang ibu yang menangis karena marah pada anaknya.

Sebuah pelajaran aku petik dari kejadian ini. Aku benar2 kagum dengan sikap beliau memberikan pelarangan kepada anaknya dengan pengertian bukan hanya dengan sekedar melarang seperti yang banyak dilakukan oleh ibu2 saat ini. Dan yang membuatku terkesan pula adalah bagaimana amarah beliau tidak membuat beliau termakan dengan hawa nafsu tersebut hingga melampiaskan segala amarahnya kepada si anak. Beliau memang meberi hukuman tapi itu adalah dalam rangka mendidik si anak. Mungkin kita berfikiran anak sekecil itu mana ngerti dengan apa yang disampaikan ibunya. Mungkin benar apa yang anda fikirkan itu. Tapi lebih dari itu ada sebuah pelajaran berharga yang hendak diberikan si ibu kepada anaknya.

Mungkin Anda termasuk yang tidak sependapat dengan metode pendidikan anak dengan memarahai, melarang dan menghukum tapi sejatinya terkadang ketiga hal ini diperlukan sebagai proses pembelajaran anak. Dan ketiganya tidak berdiri sendiri tapi disertai dengan memberikan pengertian dan pemahaman kepada anaknya. Anak perlutau apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan. Semua ini tentunya tidak bisa ia dapatkan dengan sendirinya. Orang tua perlu mengajarkannya. Namun mengajarkan kepada anak perlu dilakukan secara berulang2. Anak yang masih kecil atau bayi memang secara logika dia tidak mampu mengerti apa yang kita katakan padanya. Namun ekspresi dan respon yang diberikan orang tua akan membekas pada sang anak sehingga itu menjadi memori bagi anaknya kelak. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memberikan ekspresi yang tapat pada anak untuk merespon prilakunya. Pada kasus memberi hukuman tadi, kita seharusnya tidak hanya menunjukkan ekspresi marah saja namun juga kasih sayang kita. Itu terwujud dari rasa keterpaksaan kita ketika memberi hukuman kepada sang anak. Sehingga anak mengerti bahwa hukuman yang diberikan orang tua kepada anaknya bukan karena orang tua benci kepadanya tapi itu adalah wujud kasih sayang mereka.