Senin, 25 Juli 2011

PNS Vs PEDAGANG


Berawal dari pembicaraanku dengan saudaraku yang saat ini ada di negeri orang. Kami banyak berdiskusi hingga sampai pada pembicaraan tentang permasalahan negeri ini. Kami mengeluhkan tabiat bangsa ini yang suka meniru bangsa lain. Terutama dalam hal ini bangsa-bangsa Barat yang notabene tampak 'wah' dihadapan mereka. Namun yang disayangkan apa yang ditiru bukanlah hal yang baik. Hanya pada sisi cara berpakainan, gaya hidup, pergaulannya etc. Etos kerja yang 'dianggap' merupakan sisi positif dari orang-orang sana tidak turut dicontoh. Sampailah akhirnya kami pada pembahasan PNS. Apa yang terjadi di negeri ini? Masyarakat di Indonesia sangat suka sekali menjadi pegawai PNS. Ini terlihat dari bejibunnya jumlah orang yang mengikuti PNS tiap tahunnya. Bahkan cenderung meningkat.

Kenapa pembahasan etos kerja nyambung ke PNS? Ini lantaran kami memandang bahwa selama ini kebanyakan PNS yang kami temui adalah orang-orang dengan etos kerja yang kurang. Sering kami dapati bahwa dalam waktu kerja mereka, mereka sering menggunakan waktu kerjanya untuk melakukan aktifitas lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka. Padahal mereka saat itu sedang mengabdi pada negara dan digaji oleh negara. Entah mengapa mereka seperti itu apakah karena memang menunda-nunda pekerjaannya atau karena memang tidak ada pekerjaan. (Kalau memang dikarenakan tidak ada pekerjaan mengapa pemerintah masih saja menambah jumlah PNS tanpa mengefektifkan kinerja mereka?). Dengan melihat realitas yang ada pada PNS, sedangkan disisi lain keberadaan mereka (baik sedang bekerja atau tidak) tetap digaji oleh pemerintah, maka banyak orang Indonesia memimpikan pekerjaan tersebut. Sungguh pemikiran yang cukup simple. Berbagai carapun dilakukan untuk menjadi PNS. Bahkan sudah jadi rahasia umum kalau posisi menjadi PNS ini banyak diperjualbelikan.

Namun pekerjaan di dunia ini bukan hanya menjadi PNS banyak pula orang yang bermatapencaharian sebagai pedagang. Mungkin orang-orang ini terilhami dengan sebuah hadist yang menyatakan 9 dari 10 pintu rizki itu ada pada perdagangan. Terlepas dari itu semua jika kita mencoba membandingkan antara PNS dan pedagang akan kita dapati orang yang memiliki etos kerja yang lebih tinggi itu adalah pedagangnya. Meskipun aku tidak menafikan bahwa ada PNS yang rajin dan ada pula pedagang yang malas. Namun secara umum pedagang memiliki etos kerja yang lebih tinggi. Berbeda dengan PNS pedagang sering kali melakukan inovasi dan kreasi agar dagangannya laku. Dari sini kita liat kesungguhan pedagang untuk bekerja lebih dibanding PNS.

Beberapa waktu yang lalu aku medapati seseorang yang memberikan statement bahwa secara kepasrahan kepada AlLoh, pedagang memiliki tingkat kepasrahan yang lebih tinggi dari PNS. Pernyataan ini aku coba fahami. Hingga aku pada sebuah kesimpulan bahwa pernyataan ini benar. PNS dengan gaji yang diterimanya setiap bulan memiliki tingkat ketergantungan terhadap gajinya. Mereka seolah sudah tenang dengan adanya jaminan gaji yang diterimanya tiap bulan. Alasan ini pula yang mendasari seseorang untuk memilih sebagai PNS. Ada jaminan hidup bahkan bukan hanya untuk dirinya tapi untuk anak dan istrinya. Ditambah lagi ketika dia sudah pensiun dia masih mendapat jaminan untuk hidupnya. Beda dengan pedagang. Dia tidak pernah tahu apakah hari ini barangnya akan laku atau tidak. Hari ini bisa makan atau tidak. Ini yang kemudian mendorong seseorang untuk menyerahkan segala urusannya kepada AlLoh SWT. Yakin bahwa AlLohlah yang tau kapan dagangannya laku. Dia yakin AlLoh SWT lah yang Maha Pemberi Rezeki. Sehingga dia pasrah dan mendekat kepada AlLoh untuk memohon bantuan. Meskipun ini juga tidak membuat kita pada akhirnya memasrahkan segala urusan kepada AlLoh tanpa berusaha. Dari sinilah kemudian aku mendapatkan kesimpulan bahwa pernyataan ini benar. Wallahu'alam bi showab